Saya suka caramu menatapHingga caramu tersenyumSaya selalu memperhatikanmuSaat kau berjalan menjauhPun saat kau mendekatiku Kaulah cahaya yang bersemayam dalam jiwa Dalam bayang-bayang

Di lautan waktu yang tak berujung, Kisah berlayar pada lautan samudera Abadi dalam pelukan yang tenang, serupa bintang yang bersinar dalam diam.

Ada surga bertakhta di kepala Kala neraka menghantui Seperti itulah manusia Di kejar oleh keabadian Adalah juru bicara Tuhan Nan balut suci

Kita, Ilusi. Pagi ini begitu tenang. Kupandangi setiap sudut ruang ini. Tembok putih yang mulai keabu-abuan, tatanan kotak dan perlengkapan yang sedikit

Ada tirai menutup sanubari hati Cakrawala mengawan-awan tak bertepi Kegelapan pun menyelimuti semesta Hingga sang Cahaya hadir Lonceng hati lalu kau deringkan

Dalam balutan sutra MekkahKau bisa memotret keanggunan. Bila tidakKau masih tetap melihat keindahan Begitulah mata berkisah. Adalah cahaya yang hadir di awal

Perpisahan itu perkara waktuHadir sekejabLalu beranjak seperti bayang Jejak pun hanyalah suara detakYang sayup-sayup berbisik sunyiPada hentakan poros semesta Adalah manusiayang masih

Di bawah kecup-an cahaya lampuAku melihat dirimuBerbalut helai benang hitamDi sekujur tubuhmu Wajah berseri dalam liputan cintaSenyum menawan hingga mata yang berbinarSelimuti