RATIMNEWS.COM – Sejak ia (Paus baru) tiba di Vatikan oleh karena dipanggil Paus Fransiskus sebelum menjadi Paus Leo XIV, ia tidak menonjolkan diri di depan publik.
Ia sangat rendah hati namun hangat dalam pergaulan.
Kamis (8/5/2025) waktu sore di Vatikan asap putih keluar dari cerobong Kapel Sistina.
Ini sekaligus pertanda bahwa paus baru telah terpilih dalam Konklaf 20025 untuk menggantikan Paus Fransiskus yang meninggal pada 21 April 2025.
Lonceng di Basilika Santo Petrus juga berdentang mengiringi hasil yang dinantikan para umat Katolik dari konklaf.
Puluhan ribu Umat Katolik di Basilika St. Petrus tidak sabar untuk mengetahui pengganti Paus Fransiskus tersebut.
Hasilnya di luar dugaan. Prediksi media mainstream ataupun percakapan di media sosial tentang figur kandidat terkuat menuju Paus.
Itulah sebabnya banyak yang bertanya tentang sosoknya ketika Kardinal Dominique Mamberti dari Prancis mengumumkan:
“Habemus Papam” (Kita memiliki seorang Paus) dan muncul Kardinal Robert Prevost kelahiran Amerika Serikat yang memilih nama Paus Leo XIV.
Paus Leo XIV : Salah satu tangan kanan dan kepercayaan Paus Fransiskus.
Paus Leo XIV adalah salah satu tangan kanan dan kepercayaan Paus Fransiskus.
Meskipun kelahiran Chicago-Amerika Serikat, Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di Peru.
Di Peru ia juga bekerja sebagai guru dan pastor paroki. Ia berada di Peru sebagai misionaris OSA (Ordo Santo Agustinus).
Ia pernah dua kali terpilih sebagai pemimpin Kongregasi OSA. OSA telah beroperasi di 50 negara dan memiliki fokus khusus pada kehidupan bermasyarakat dan kesetaraan di antara para anggotanya.
Jabatan Sebagai Uskup
Pada tahun 2014 Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai sebagai Uskup Chiclayo, Peru.
Lalu bulan April 2020 Fransiskus mengangkatnya menjadi Administrator Apostolik keuskupan Callao, Peru.
Pada tahun 2023 Paus Fransiskus menarik Kardinal Robert Prevost untuk memegang jabatan strategis di Vatikan.
Kardinal Robert menjabat sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup, yang bertugas memeriksa nominasi/kelayakan (calon) uskup di seluruh dunia.
Pada saat yang sama ia menjabat Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin.
Beberapa bulan sebelum meninggal yakni tanggal 6 Februari 2025 Paus Fransiskus mengangkat Prevost menjadi Kardinal-uskup.
Paus Fransiskus menugaskannya ke Keuskupan Suburbikaris Albano di Provinsi Roma.
Meskipun dikenal dekat dengan Paus Fransiskus, Paus Leo XIV dikenal memiliki tipikal kepemimpinan otentik dan lebih moderat.
Hal inilah yang menyebabkan ia dipilih menjadi Paus. Hal tersebut karena ia menjadi titik temu antara kardinal dengan pandangan progresif-reformis dan kardinal berpandangan konservatif.
Paus Leo XIV mendukung sinode inklusif dan keterlibatan awam dalam pengambilan keputusan serta membangun dialog lintas budaya dan agama.
Sepanjang pengabdiannya sebagai imam, uskup dan kardinal, ia dikenal sangat peduli terhadap isu-isu sosial.
Ia sangat peduli terhadap para pengungsi dan imigran Venezuela di Peru. Ia sejalan dengan sikap Paus Fransiskus.
Paus Leo XIV juga sangat memperhatikan isu perubahan iklim. Ia pernah menyerukan agar Gereja dapat mengambil tindakan lebih besar terhadap kerusakan planet ini.
“Penguasaan atas alam” tidak boleh menjadi “tirani,” tegasnya.
Namun, sikap Paus Leo XIV terhadap Komunitas LGBTQ + lebih tegas dari Paus Fransiskus.
Ia secara terbuka mengkritik praktik gaya hidup homoseksual dan pernikahan pasangan sesama jenis dengan anak adopsi.
Indikasi Kuat komitmen Terhada keadilan Sosial
Para pakar menilai, pemilihan nama Paus Leo XIV adalah indikasi kuat komitmennya terhadap keadilan sosial.
Karena pendahulunya Paus Leo XIII (1878-1903) terkenal sangat peduli terhadap keadilan sosial.
Ia meletakkan dasar bagi pemikiran sosial dan ekonomi Katolik modern.
Salah satu ensiklik Paus Leo XIII yang paling terkenal adalah ensiklik tahun 1891 tentang Rerum Novarum.
Eksiklik tersebut yang membahas hak-hak pekerja dan kapitalisme pada awal era industri.
Paus Leo XIII juga mengkritik kapitalisme laissez-faire dan sosialisme yang berpusat pada negara yang membentuk ajaran ekonomi khas Katolik.
Sejak ia tiba di Roma sebelum menjadi Paus Leo XIV, ia tidak menonjolkan diri di depan publik. Meskipun, ia dikenal baik oleh orang-orang terkemuka di Vatikan. Ia sangat rendah hati namun hangat dalam pergaulan.
Paus Leo XIV dinilai sebagai tokoh pemersatu. Pengalaman internasionalnya dan diplomasi yang tenang memungkinkannya untuk menavigasi perpecahan ideologis dan regional di antara para kardinal.
Serentak di sini ia menyatukan dunia dalam perdamaian global.
Paus Leo XIV memiliki kemampuan administratif (menjadi Uskup, Kardinal, Pemimpin Kongregasi, dan Prefek Dikasteri).
Ia kaya pengalaman multikultural (lahir di Amerika Serikat, melayani umat di Peru). Ia juga memiliki kerendahan hati, kehati-hatian serta mendengarkan berbagai ketegangan arah pandangan Gereja.
“Kita perlu bersama-sama mencari cara untuk menjadi Gereja yang misioner. — yang membangun hubungan, yang membuka ruang dialog, yang selalu siap menyambut siapa pun dengan tangan terbuka. Seperti lapangan ini, terbuka untuk semua, terbuka bagi siapa pun yang membutuhkan kasih, kehadiran, dialog, dan cinta dari kita.” katanya dalam pidato perkenalannya di Basilika St Petrus, Vatikan.
Selamat datang Paus Leo XIV. Habemus Papam!