Paus Fransiskus Bicara Demokrasi dalam Kunjungannya di Sudan Selatan

by -335 Views
Paus bertemu dan berbicara dengan para pihak berwenang di Sudan Selatan.

RATIMNEWS.COM – Dalam kunjungannya ke Sudan Selatan, Paus Fransiskus bertemu dengan para pemimpin di negara muda tersebut. Pada pertemuan di Juba Jumat,(3/2/2023) Paus menyoroti pertumbuhan demokrasi di Sudan Selatan yang masih di landa peperangan.

Paus Fransiskus mengenang bahwa dasar demokrasi adalah penghormatan terhadap hak asasi manusia. Lalu yang dijunjung tinggi oleh hukum dan penerapan hukum, khususnya hak atas kebebasan berekspresi, dan mengatakan “tidak ada keadilan tanpa kebebasan.”

Dia mengungkapkan harapan bahwa jalan Republik menuju perdamaian tidak akan “dihalangi oleh kelembaman”. dan berkata “Saatnya untuk beralih dari kata-kata ke perbuatan. Inilah saatnya untuk membalik halaman. Inilah saatnya untuk berkomitmen pada transformasi yang mendesak dan sangat dibutuhkan.”

“Proses perdamaian dan rekonsiliasi membutuhkan awal yang baru. Semoga pemahaman tercapai dan kemajuan dibuat untuk bergerak maju dengan Kesepakatan Damai dan Rote Map!”

Bapa Suci mencatat bahwa “Di dunia yang terkoyak oleh perpecahan dan konflik.” fakta bahwa negara itu menjadi tuan rumah ziarah perdamaian ekumenis, adalah sesuatu yang langka.”

“Ini mewakili perubahan arah,” katanya. “kesempatan bagi Sudan Selatan untuk melanjutkan pelayaran di perairan tenang, melakukan dialog, tanpa bermuka dua dan oportunisme.”

“Semoga ini menjadi kesempatan bagi semua orang untuk menghidupkan kembali harapan. Biarlah setiap warga negara memahami bahwa sudah tiba waktunya untuk berhenti terbawa air tercemar kebencian, kesukuan, kedaerahan, dan perbedaan etnis. Saatnya berlayar bersama menuju masa depan!”. 

Dialog dan pertemuan

Memanggil mereka yang hadir untuk mengambil jalan penghormatan, dialog dan perjumpaan. Paus berkata bahwa “Di balik setiap bentuk kekerasan, ada kemarahan dan kebencian. Dan di balik setiap bentuk kemarahan dan kebencian, ada ingatan yang tak tersembuhkan akan luka, penghinaan dan kesalahan.”

Jadi, “satu-satunya cara untuk membebaskan diri dari hal ini adalah melalui perjumpaan. Dengan menerima orang lain sebagai saudara dan saudari kita. Dengan memberi ruang bagi mereka, bahkan jika itu berarti mundur selangkah.”    

Peran kaum muda dan wanita

Dia mengatakan sikap ini sangat penting untuk proses perdamaian apa pun dan untuk pengembangan masyarakat yang kohesif. Kaum muda memiliki peran kunci untuk dimainkan dalam “peralihan dari kebiadaban konfrontasi ke budaya pertemuan yang vital.”

Perempuan juga memiliki peran mendasar. kata Paus, “  perempuanperlu semakin terlibat dalam kehidupan politik dan proses pengambilan keputusan.”

Dalam seruannya untuk pemerintahan yang baik, Paus Fransiskus tidak lalai menyebutkan perlunya memelihara ciptaan “demi generasi mendatang.”

“Saya pikir, khususnya, tentang perlunya memerangi penggundulan hutan yang disebabkan oleh pencatutan,” kata Paus Fransiskus.***