Kisah Di Pondok

by -19 Views
Ilustrasi Pondok

KUNINGAN, RATIMNEWS.COM – Aku tidak pernah menyangka bahwa malam paling berisik dalam hidupku bukan berasal dari keramaian kota, melainkan dari sebuah pondok sederhana yang berdiri diam di tengah suasana sunyi.

Pondok itu tampak tenang. Iya terlalu tenang, malah. Kayu-kayunya sudah tua. Aromanya seperti hujan yang tersimpan lama. Sementara lampunya redup seolah sengaja tak ingin mengganggu malam.

Awalnya aku merasa santai. Aku masuk ke dalam pondok saat tiba dari perjalanan yang menyenangkan. Aku segera memeriksa kamar mandi, televisi dan perabot lainnya yang telah disediakan di dalamnya.

Sampai di sini semuanya nampak baik-baik saja. Aku mencoba berdamai dengan suara malam yang sunyi. Aku pun segera melepaskan sepatu dan membakar sebatang rokok Sempurna mentol dan mengisapnya. Sampai akhirnya aku melihat hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Aku menyadarinya saat lampu pondok menyala setengah terang. Seekor tokek menempel di dinding. Tokek itu tidak bersuara. Ia diam dan tenang. Dan justru itu yang membuatnya aneh. Seolah memang sudah lama tinggal di sana dan kami hanyalah tamu sementara.

Aku dan temanku saling pandang. Tidak ada teriakan. Tidak ada panik berlebihan. Hanya tawa kecil yang dipaksakan. Tawa orang yang mencoba terlihat santai.

“Dia nggak ngapa-ngapain,” kata temanku.

“Iya… tapi dia ada di sana,” jawabku.

Dan benar. Dia ada. Hadir sepenuhnya.

Aku terdiam. Menahan napas. Otakku mencoba rasional: ah, paling cuma satu ekor.

Tapi tokek itu seperti punya misi khusus malam itu. Tak lama kemudian muncul tokek kedua, ketiga dan keempat. Mungkin kehadiran mereka bagian dari tugas penyambutan kami sebagai tamu sementara di pondok.

“Tokeeek… tokeeeek.” Gumamku dalam hati.

Aku tertawa kecil sendiri tapi jujur saja, tubuhku mulai gelisah. Mataku mengarah ke langit-langit pondok. Aku membayangkan tokek itu sedang menatapku dengan mata bulat penuh rahasia. Sekejab kuambil tongkat sapu dan mencoba mengusirnya.

Yang membuat situasi semakin absurd adalah ini: setiap kali aku mulai santai duduk di kursi depan teras, tokek itu kembali hadir. Tepat waktu. Seolah dia tahu kapan aku mulai nyaman.

Aku sampai berbicara dalam hati, “Mas, kalau mau ngobrol bilang aja, jangan hanya hadir dan diam terus.”

Di antara rasa geli dan kesal, ada perasaan aneh. Sepertinya pondok ini menyimpan cerita lama dan tokek itu adalah penjaganya. Aku membayangkan sudah berapa banyak orang yang tidak bisa nyaman bersantai ditemani tokek yang sama.

Akhirnya kami memutuskan pindah pondok. Kami bicara dengan petugas pondok setengah berharap jawabannya akan menenangkan. Tapi justru di situlah kelucuannya.

“Oh, di pondok sebelah juga ada tokek,” katanya santai.

Aku tertawa. Bukan karena lucu sepenuhnya tapi karena pasrah. Seolah tokek bukan kejadian, melainkan bagian dari sistem pondok itu sendiri. Pindah pondok bukan solusi tapi hanya variasi latar.

Di pondok baru tokek itu kembali hadir. Entah tokek yang sama atau kerabatnya aku tidak tahu.

Malam pun berjalan dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Perasaan yang tetap sama. Aku tidak bisa tidur tapi juga tidak sepenuhnya terjaga. Mataku terpejam tapi pikiranku melayang. Kesadaran seperti menggantung di tengah.

Setiap kali aku hampir tenggelam ke dalam tidur, bayangan tokek di dinding itu muncul lagi. Diam. Tidak berpindah. Tidak pergi. Sungguh waktu terasa tipis seperti kertas.

Akhirnya aku menyerah dan tidak melawan malam itu. Aku merasa seperti tamu kecil di dunia yang lebih tua dariku. Aneh, lucu dan misterius. Di tengah sunyi aku merasa pondok itu menyimpan banyak misteri dan sisi mistis yang dipercaya oleh sebagian kaum di negeri ini.

Dalam keadaan yang demikian aku hanya menggunakan waktu seadanya. Aku menulis. Menuliskan apa yang kurasakan. Menulis tentang diriku dan kenangan yang menggantung di antara sadar dan mimpi.

Dan malam itu, aku menambahkan satu cerita kecil. Cerita tentang tokek yang tidak bersuara tapi berhasil menemani kegelisahanku sampai pagi. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *