JAKARTA, RATIMNEWS.COM – Suasana perayaan HUT RI ke-80 di Hotel Borobudur Jakarta pada Minggu (17/8/2025) terasa semakin meriah dengan penampilan Marching Band SMKN 27 Jakarta.
Ribuan pasang mata tertuju pada barisan siswa berseragam rapi yang melangkah penuh percaya diri mengikuti irama drum band dan pianika. Namun di balik sorak kagum penonton ada satu sosok menjadi pusat perhatian: Zahra Mufiidah. ya mayoret muda yang tampil anggun, karismatik dan penuh percaya diri.
Zahra yang juga akrab dipanggil Ara, lahir di Jakarta pada 24 November 2008. Ia kini menempuh pendidikan di kelas XI jurusan Perhotelan 3 SMKN 27 Jakarta.
Di usianya yang masih 16 tahun, Zahra sudah dipercaya memegang peran penting sebagai mayoret. Maroyet merupakan salah satu posisi penting di Marching Band yang membutuhkan ketegasan, wibawa, energik dan keluwesan serta rasa tanggung jawab tinggi. Setiap gerakan tongkat komandonya dilakukan dengan baik seolah menyatukan harmoni musik dengan langkah barisan.
Dengan rambut hitam yang terurai rapi sebahu berbalut seragam marching band berwarna merah cerah, Zahra tampil menawan. Sesekali ia menyunggingkan senyum manis kepada para penonton yang antusias menonton koreografi tim marching.
Penonton pun terpukau. Tak sedikit yang bertepuk tangan saat variasi koreografi ditampilkan.
Zahra Bicara Soal Pemimpin di HUT RI ke-80
Selepas tampil, Zahra berbagi makna dari perannya kepada tim media yang hadir.
“Menjadi mayoret bukan hanya soal memberi aba-aba. Bagi saya, menjadi mayoret berarti menjadi sosok yang memimpin, bertanggung jawab dalam mengatur barisan seluruh anggota saat tampil. Saya juga harus memastikan untuk menjaga kekompakan tim. Dan terutama lagi mampu memberi semangat ketika lelah serta mengatur ritme agar setiap anggota bisa tampil maksimal, “ungkapnya.
Lebih lanjut Zahra menambahkan bahwa menjadi pemimpin berarti memikul tanggung jawab yang lebih besar dibanding anggota lain.
“Kalau saya salah kasih aba-aba, dampaknya ke semua tim. Jadi saya harus fokus, tegas, dan tetap tenang. Itu tantangan yang justru bikin saya belajar banyak,” jelasnya.
“Seorang pemimpin juga harus jadi teladan, mampu mendengarkan dan tetap rendah hati. Dengan kepemimpinan yang baik, tim marching band tidak hanya tampil rapi, tetapi juga bisa menyalurkan semangat persatuan dan kebanggaan bersama.Tutur Zahra
Bagi para anggota marching band lain, Zahra bukan sekadar mayoret yang tampil di sebuah acara. Ia menjadi simbol generasi muda yang berani, percaya diri dan mampu menginspirasi.
“Zahra orangnya penuh percaya diri, ceria, cantik, cerdas dan gemar membaca buku cerita,” Ungkap salah satu temannya.
Iya benar saja. Meski sibuk dengan aktivitas sekolah dan marching band, Zahra tetap menjalani hobinya. Ia gemar membaca buku cerita. Menurutnya, membaca buku mengasah imajinasi serta pola pikir.
“Saya merasa kalau baca buku bisa bantu saya belajar membayangkan hal-hal baru, belajar berimajinasi dan menambah wawasan saya. Dan itu membantu saya lebih siap memimpin terutama di marching band,” tambahnya.