Pegiat Literasi Keuangan Robert Kiyosaki: Menabung Uang Itu Tak Masuk Akal

by -183 Views
Foto Istimewa Robert Kiyosaki telah membagikan pernyataan terbarunya tentang peluang investasi yang berpotensi hasilkan cuan besar.

JAKARTA, RATIMNEWS – Robert Kiyosaki, penggiat literasi keuangan dan penulis buku “Rich Dad Poor Dad,” mengungkapkan hal penting tentang uang kertas. Ia memenag sering membagikan skeptisismenya tentang menabung uang fiat, khususnya dolar AS (USD). Bagi Kiyosaki investasi menabung uang sama sekali tak masuk akal.

Perspektif Kiyosaki berakar pada kepercayaan bahwa bentuk mata uang tradisional seperti uang kertas sudah ketinggalan zaman. Uang kertas telah menjadi usang dalam lanskap ekonomi yang berkembang.

Komentar Kiyosaki tentang kecanduan terhadap uang tunai datang di saat dunia menyaksikan perubahan dan ketidakpastian finansial yang signifikan.

Literasi Keuangan Kiyosaki: Menabung Uang kertas adalah Tindakan Tidak masuk Akal

“Intinya adalah orang-orang kecanduan dengan (menabung uang). Seluruh keluarga saya, mereka terus memegang kertas. Mereka orang Jepang, apa yang Anda harapkan? Orang Jepang itu gemar menabung, dan mereka menabung uang kertas. Ini sama sekali tidak masuk akal bagi saya.” ujar Kiyosaki, seperti dikutip Finbold dalam satu siniar youtube Rich Dad Channel, belum lama ini.

Menurut Kiyosaki, ketergantungan pada uang tunai dan kebiasaan menabung dalam bentuk uang kertas adalah fenomena budaya. Bagi Robert budaya seperti ini terutama ditonjolkan dalam rujukannya terhadap tradisi Jepang dalam menabung.

Pola pikir menabung uang fiat, menurut Kiyosaki, berasal dari kurangnya kesadaran tentang pergeseran ekonomi yang mendatang. Dan orang terlalu memiliki ketergantungan pada kebiasaan finansial lama yang mungkin tidak berkelanjutan di masa depan.

Kiyosaki menawarkan Setiap Orang untuk Berinvestasi dama aset

Sebagai lawan dari menabung uang kertas, Kiyosaki menganjurkan untuk berinvestasi dalam aset. Cara tersebut dia percaya akan mempertahankan nilai atau bahkan mengapresiasi selama krisis ekonomi.

Strateginya melibatkan akumulasi atas empat aset, yakni emas, tanah (real estat), makanan (persediaan makanan), dan bensin. Ini tentu termasuk bersama dengan komoditas lain seperti perak.

Selain itu, dia juga mendukung Bitcoin (BTC). Mata uang kripto perintis, yang dia lihat sebagai pemain utama dalam keuangan terdesentralisasi (DeFi).

Kembali pada bulan Maret, Kiyosaki memprediksi penurunan status dolar AS sebagai mata uang cadangan global, membuat analogi dengan kertas toilet.

Dia berargumen bahwa perak dan emas, yang dia sebut sebagai uang yang baik. Perak dan emas akan menggantikan dolar ketika komunitas internasional beralih dari dolar AS.

Dia mengantisipasi bahwa perubahan ini akan memiliki dampak mendalam terhadap ekonomi Amerika, serupa dengan gelombang pasang.

Optimisme Kiyosaki pada mata uang kripto, khususnya Bitcoin, sebagai pertahanan terhadap apa yang dia istilahkan “uang kriminal”. Itu adalah batu penjuru lain dari filosofi keuangannya.

Dia telah membuat prediksi berani tentang nilai Bitcoin. Kiyosaki meramalkan lonjakan hingga US$135.000, dan telah mendesak audiensnya untuk menyebarkan kata tentang potensi mata uang kripto sebagai investasi.

Baru-baru ini, Kiyosaki telah menyuarakan keprihatinan tentang kurangnya literasi keuangan di AS.

Dia mengatributkan ini pada sistem pendidikan yang gagal mempersiapkan siswa untuk tantangan finansial dunia nyata.

Pada 17 Oktober, seperti yang dilaporkan oleh Finbold, dia mengkritik pendidik. Kiyosaki memberi label mereka sebagai “birokrat” yang tidak kompeten untuk mengajar tentang keuangan dan ekonomi.

Wawasan Kiyosaki tidak tanpa kontroversi. Para kritikusnya menunjukkan bahwa sementara strategi investasinya mungkin berbuah untuk beberapa orang, mereka juga membawa risiko. khususnya bagi mereka yang mungkin tidak memiliki sarana untuk mendiversifikasi investasi mereka di berbagai kelas aset.

Selain itu, sikap bullishnya terhadap mata uang kripto telah disambut dengan skeptisisme oleh mereka yang menyoroti volatilitas dan ketidakpastian pasar mata uang kripto.***