Belanja dan Cerita yang Dimulai

by -11 Views
Ilustrasi Kisah tentang Belanja dan Cerita

RATIMNEWS.COM – Awalnya aku tidak berniat lama. Hanya belanja. Iya belanja di salah satu lokasi pusat oleh-oleh yang cukup populer di “Kota Wali”. Pada intinya adalah aku hanya perlu masuk ke sana, pilih, bayar dan selesai lalu bisa keluar lagi.

Tapi kenyataan tidak pernah sesederhana itu. Apalagi ini pertama kalinya aku benar-benar belanja dengan tujuan yang khusus.

Aku berdiri lama di depan pilihan-pilihan yang terlihat mirip tapi rasanya berbeda. Tanganku ragu. Pikiranku penuh pertanyaan.

Di luar, teman-teman serombongan sudah menunggu. Aku tahu aku terlalu lama. Dan itu membuatku sedikit tidak enak tapi kakiku seperti menolak bergerak.

Aku bingung. Jujur saja.

Akhirnya aku meminta saran pada seorang teman. Dia adalah seorang ibu yang sangat bersahabat. Entah kenapa menurutku ia selalu punya energi yang menenangkan.

Dia adalah sosok yang sangat peduli padaku sejak awal bertemu hingga saat ini.

Kali ini ia menunjukkannya lagi. Ia sangat sabar dan tidak menghakimi kebingunganku. Seketika ia mendekat, melihat pilihanku lalu tersenyum.

“Kamu cari yang bagaimana?” tanyanya.

Aku menjelaskan pelan. Tentang seseorang. Tentang perasaan. Dan tentang keinginanku untuk memilih sesuatu yang pantas, bukan hanya bagus.

Dia mendengarkan lalu mulai menemani. Kami berpindah dari satu rak ke rak lain, berdiskusi kecil dan tertawa ringan.

Yang lucu, kebingunganku perlahan berubah jadi keyakinan. Bukan karena barangnya tapi karena prosesnya. Aku merasa ditemani, dipahami dan tentu perhatian yang sangat besar untukku.

Belanja dan Sebuah Cerita

Belanjaan itu bukan sekadar busana atau cenderamata. Itu seperti simbol kecil dari cerita yang sedang tumbuh. Tentang kisah yang sebenarnya telah dimulai sejak 8 atau 10 tahun lalu. Cerita yang menurutku akan menjadi bagian penting dalam hidupku selanjutnya. Aku tidak mengatakannya keras-keras tapi aku tahu.

Sehabis membayar dikasir akhirnya akupun keluar dengan tentengan belanja di tangan. Teman-teman masih menunggu.

Ada yang bercanda sambil senyum tipis. Ada pula yang pura-pura diam dengan raut wajah yang murung. Mungkin mereka benaran kesal karena lama menunggu.

Maafkan. Eheheh …Aku hanya tersenyum. Karena di dalam hati aku merasa berhasil dan bisa membawa sesuatu yang lebih dari sekadar kantong belanja.

Hari itu mengajarkanku bahwa: Kadang, menunggu lama itu tidak sia-sia. Karena ada cerita yang memang tidak bisa dipercepat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *