JAKARTA, RATIMNEWS. COM –Jusuf Kalla mengatakan Presiden seharusnya tidak terlalu melibatkan diri dalam perpolitikan jelang akhir jabatan. Hal tersebut dikatakan JK menanggapi pertemuan presiden Jokowi bersama enam ketum Parpol Koalisi pemerintah tanpa NasDem.
Dia mencontohkan kala Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat sebagai Presiden.
JK lantas menyebut Presiden seharusnya seperti Megawati dan SBY. Dia menyebut keduanya tidak terlalu terlibat politik menjelang berakhirnya masa jabatan.
“Menurut saya, Presiden itu seharusnya seperti Bu Mega dulu, SBY, begitu akan berakhir. Mereka tidak terlalu melibatkan diri dalam suka atau tidak suka dalam perpolitikan itu. Supaya lebih demokratis lah,” Tutur JK.
Menanggapi pernyataan JK Hendrawan menilai JK mendengar kabar yang dilebih-lebihkan mengenai pertemuan Jokowi dan ketum partai politik di Istana Negara.
“Saran yang baik tentu harus didengar. Namun dugaan saya, Pak JK mungkin mendengar kabar yang dilebih-lebihkan,” kata Hendrawan kepada wartawan, Minggu (7/5/2023).
Pertemuan Jokowi dengan enam ketum Parpol bahas perkembangan ekonomi nasional
Hendrawan lantas menyinggung soal isi pertemuan Jokowi dengan 6 parpol koalisi di Istana Negara itu. Menurutnya mayoritas isu yang dibahas adalah perkembangan ekonomi hingga tantangan bangsa ke depan.
“Karena seperti yang disampaikan beberapa Ketum (parpol). Bahwa yang disampaikan Pak Jokowi lebih terkait dengan perkembangan dinamika ekonomi global, tantangan bangsa ke depan, dan arti penting keberlanjutan pembangunan. Hal itu untuk memanfaatkan bonus demografi dan keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap). ” jelasnya.
Hendrawan kemudian menyinggung tim pengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden. Menurutnya tim pengusung Anies sedang memainkan drama sebagai korban kekuasaan yang tuna etika.
“Saya melihat tim pengusung Anies sedang memainkan drama sebagai korban kekuasaan yang tuna etika. Istilah populernya ‘playing victim’. Calon yang dipojokkan, diperlakukan tidak adil, terjepit. Selain sebagai pertahanan untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada Anies. Tujuannya menarik simpati dan bela rasa publik. ” jelasnya.
Lalu bagaimana sikap PDIP mengenai dugaan tim pengusung Anies ‘playing victim’ ini? “Kami tidak tertarik untuk menari dengan tabuhan yang bernada kemurungan,” jelasnya.***