Kisah Tentang Warna

by -22 Views
Ilustrasi Dunia Warna-warni

KUNINGAN, RATIMNEWS.COM – Pertemuan itu adalah yang pertama. Tidak ada latar belakang panjang. Tidak ada juga cerita atau janji sebelumnya. Kami benar-benar baru duduk bersama dan saling bercanda gurau hari itu. Dan mungkin karena itu, semuanya terasa jujur dan ringan sejak awal.

Dia hadir begitu saja. Begitu juga aku. Ia kemudian duduk dengan posisi menghadap ke aku dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

Senyum yang tidak dibuat-buat dan tidak berlebihan tapi cukup untuk mengubah suasana. Senyum yang membuatku merasa dia nyaman berada di situ. Anehnya aku juga ikut merasa nyaman.

Dia yang lebih dulu mengajakku bicara. Pertanyaannya sederhana tapi banyak. Tentang hal-hal kecil, tentang pengalaman keseharian dan tentang pikiranku. Bukan pertanyaan yang menginterogasi, melainkan yang membuka pintu.

Entah kenapa suasana langsung mencair. Seolah kami tidak sedang bertemu untuk pertama kali tapi sedang melanjutkan obrolan yang sempat tertunda lama.

Kami mulai berbagi cerita. Pelan. Tidak langsung pada cerita yang memiliki makna mendalam. Seperti membuka pintu lama yang sedikit berderit.

Aku bercerita dan dia mendengarkan. Lalu gantian. Diselingi canda kecil yang muncul begitu saja tanpa rencana. Tawanya ringan. Setiap kali dia tertawa pun senyum tipis, dunia terasa sedikit lebih hangat.

Tidak ada yang berpura-pura paling menarik. Sampai di sini aku merasa agak aneh. Biasanya dunia terasa cepat tapi bersamanya ‘waktu’ terasa seperti bergerak lambat seolah sedang duduk santai di kursi sambil menikmati angin.

Dunia yang Tiba-Tiba Berwarna

Yang membuatku tersenyum sendiri adalah ini; betapa sederhana dan biasa saja hal-hal yang kami bicarakan tapi rasanya penuh warna.

Cerita tentang kejadian lucu, kegagalan kecil dan mimpi yang belum tercapai atau tentang kejadian yang tak sesuai harapan. Kadang kami tertawa. Kadang kami hanya diam. Tapi diamnya tidak canggung. Diamnya seperti jeda dalam musik. Tenang, tidak menekan.

Namun ada sisi lain dari dirinya. Bukan sisi yang penuh misteri yang menakutkan. Tepatnya lebih seperti buku yang sampulnya menarik namun tidak ingin langsung dibaca habis.

Ada cerita yang hanya disentuh permukaannya lalu dibiarkan mengendap. Aku tidak bertanya lebih dan dia juga tidak memaksa. Seperti ada kesepakatan tak terlihat: cukup sampai di sini untuk hari ini.

Di momen itu, aku merasa menemukan dunia lain. Dunia yang santai, tidak menuntut dan penuh warna tanpa harus berisik.

Pertemuan pertama yang singkat tapi cukup memberi warna. Aku pulang dengan perasaan ringan membawa potongan cerita yang belum selesai. Dan entah kenapa aku tidak ingin terburu-buru menyelesaikannya.***